Helm

Screen Shot 2013-08-05 at 11.21.33 PM

 

11 Agustus 2013

Alat transportasi sehari-hari saya adalah sepeda motor. Dan salah satu perangkat berkendaraan motor yang wajib dikenakan adalah pelindung kepala bernama helm. Dulu, ada helm yang disebut dengan ‘helm kerupuk’, yakni helm yang tipis dan berbentuk seperti helm tentara. Sudah sejak bertahun-tahun yang lalu, perlahan namun pasti helm-helm kerupuk itu tergusur keberadaannya oleh helm yang disebut dengan istilah ‘helm standard’.

Saya punya dua buah helm. Tidak, saya tidak bekerja sebagai ojek. Beberapa teman dari luar kota kadang berkunjung ke Jogja, dan saya kadang menawarkan diri untuk menjemput dan menemani mereka. Tentu saja mereka tidak bepergian membawa helm. Dan saya butuh satu helm lagi untuk mereka pakai. Daripada meminjam helm ke teman kos, saya beli saja helm baru sehingga saya jadi memiliki dua buah helm.

Idul Adha tahun 2012, saya mengalami kecelakaan motor. Lumayan parah. Saya memacu motor di jalan kecil yang melompong, lalu pada sebuah perempatan kecil yang saya kira kosong, tiba-tiba sebuah motor muncul dari sebelah kiri. Saya menabrak motor itu dan sempat tak sadarkan diri beberapa menit. Saya dibawa ke rumah sakit oleh seorang warga. Lawan saya, dua orang, keduanya tidak mengenakan helm. Salah satu dari mereka mengalami benturan yang keras di bagian kepala dan divonis gegar otak ringan.

Saya merasa bersyukur sekali saat itu saya mengenakan helm standar. Ketika sudah tiba kembali di kos, saya melihat helm saya itu. Ada bekas lecet di bagian penutup mulut dan di kaca helm. Sepertinya saat jatuh wajah saya menghantam jalan. Saya tidak bisa bayangkan seandainya saat itu saya tidak mengenakan helm.

Kepala saya begitu berharga, dan untuk itu harus dilindungi. Saya menggunakan helm untuk melindunginya saat berkendara. Sesuatu yang berharga tentu saja layak dan harus dilindungi, bukan?

Seperti hati, misalnya. Tahukah kau bagaimana cara melindunginya?

Leave a comment